Sejarah Desa

Sejarah Desa

Pada suatu ketika nama sejarah Desa Pongpongan dan Koro belum mempunyai nama, datanglah suatu hari yang menjadi cikal bakal terjadinya Desa Koro, Pongpongan dan Desa lainnya yang menjadi rute atau jalan . perjalanan wali Allah yang menebang pohon jati dari Koro untuk dibawa ke demak ntuk dibuat menjadi tiang masjid demak bintoro
Kala itu para wali dipimpin oleh Sunan Bonang menyuruh salah satu muridnya yang bernama Syeh Abdullah yaitu salah seorang wali yang menjadi penyebar cikal bakal Desa Pongpongan dan Koro menebang pohon jati yang sangatlah besar sekali. Bayangkan saja letak pohonnya ada disebelah barat Desa Koro, namun  ujung pohonnya sampai Desa Pongpongan dan setelah di tebang pohon roboh dan setelah itu Syeh Abdullah melihat ada seorang yang sudah tua,lalu syeh Abdullah, menghampiri dan menanyai orang tua tersebut dengan  kata yang penuh sopan dan lembut kata kata tersebut sebagai berikut :
“he…..ada apa mbah….tanya syeh Abdullah, lalu orang tua tersebut menjawab dengan bahasa yang lembut dan sopan juga dengan bahasa jawa :”………badhe ndherek tumandang :
            Mulai dari peristiwa itu yang namanya wali pada saat itu pula yang namanya wali pada saat itu pula beliau tak banyak berfikir, spontan syeh Abdullah berkata dengan bahasa jawa pada orang-orang dengan kalimat :
 “ hai….dhulurku kabeh, bumi sakkanggone kayu roboh , iku sakrejane zaman tak jenakno tumandang
Seperti halnya kita ketahui bersama sekarang nama itu menjadi nama sebuah Desa yang terkenal yaitu : Desa Temandang yang letaknya disebelah baratnya Desa Pongpongan
            Dan setelah menebang tadi para wali merasa kehausan lalu Sunan Bonang menyuruh salah satu dari muridnya untuk mencari air minum kemudian berangkatlah seorang murid tersebut, setelah mencari-cari tidak mendapatkan air lalu wali tersebut melihat ada sekelompok orang yang menggali sebuah sumur dan dihampirinya sekelompok orang tersebut kemudian wali tersebut berkata
“……hai kisanak., saya mau minta air minum keluarlah kalian dari dalam sumur saya mau minum……
Namun jawabannya malah tidak sopan sekaligus kasar terhadap wali tersebut kemudian wali tersebut memahami tetapi para pembuat sumur tersebut berkata dengan bahasa jawa
“…………..nggawe sumur wae during metu banyune kok jalok ngombe ? watu iki onok. Jawab si pembuat sumur tadi…”
Setelah kejadian itu para wali mengingatkan kepada penggali sumur tadi akan tetapi nasehat dan teguran dari wali tersebut tidak dihiraukan , melihat hal tersebut kemudian wali tadi berkata :
“……….ya sudahlah kalau tidak boleh tidak keluar airnya selamanya….dan kalian semua kalau mau mandi ngiupno ono neng ngisor jambu……!
            Demikianlah kata wali tadi dan konon menurut cerita rakyat , sumurnya orang Koro itu dipindahkan ke Desa setro Kecamatan  Palang. Dan kelanjutan cerita kembali pada penebangan pohon jati tadi setelah pohon jati roboh rantingnya atau bahasa jawanya pang pangan di tanam di Desa Pongpongan.
            Dahulu nama Desa Pongpongan adalah adalah pang pangan karena rantingnya atau pang pangannya ditanam oleh syeh Abdullah di Desa Pongpongan setelah itu dinamakan desa Koro . desa tersebut sebetulnya dari cerita kayu jati yang ditebang oleh para wali yang dipimpin oleh sunan bonang yang akan dibawa ke demak untuk digunakan tiang/soko.
            Lalu panjang cerita tersebut digergaji menjadi dua / loro, kemudian kata kata soko dan loro digabung oleh para wali menjadi sebuah desa yaitu Koro yang desa tersebut sangat terkenal hingga sekarang berada disebelah selatan Kecamatan Merakurak.